Mengapa Kita Bermimpi Ketika Tidur?
Senin, 03 November 2014
Tambah Komentar
Otak manusia adalah sebuah bola misterius yang mengontrol seluruh tubuh kita. Setelah bertahun-tahun, para peneliti masih bingung dengan banyaknya aspek bagaimana dan mengapa otak dapat beroperasi seperti itu. Para ilmuwan telah melakukan studi mengenai hubungan antara tidur dan mimpi selama beberapa dekade hingga sekarang, dan mereka masih tidak 100% yakin tentang fungsi tidur, atau bagaimana dan mengapa kita bermimpi. Kita tahu bahwa siklus mimpi kita biasanya paling banyak dan paling diingat selama tahap tidur. Hal ini juga cukup umum diterima di kalangan komunitas ilmiah bahwa kita semua bermimpi, meskipun frekuensi di mana mimpi dapat diingat sangat bervariasi pada setiap orang yang hidup, kecuali orang mati yang memang sudah tidak dapat bermimpi.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah mimpi benar-benar memiliki fungsi fisiologis, biologis atau psikologis? dan pertnyaan ini belum terjawab. Tapi itu tidak menghentikan para ilmuwan untuk meneliti dan berspekulasi. Ada beberapa teori mengapa kita bermimpi. Salah satunya adalah bahwa mimpi bekerja bersama-sama dengan proses tidur untuk membantu otak memilah-milah segala sesuatu yang dikumpulkan selama kita sadar. Otak Anda bertemu dengan ratusan ribu, bahkan jutaan input setiap harinya. Beberapa detail sensorik minor seperti warna motor yang lewat, sedangkan yang lain jauh lebih kompleks, seperti persiapan prosesi pernikahan Anda. Selama tidur, otak bekerja untuk memilah-milah melalui semua informasi ini dan memutuskan informasi apa yang harus pertahankan dan informasi apa yang harus dilupakan. Beberapa peneliti beranggapan bahwa mimpi berperan dalam proses ini.
Tapi ada beberapa penelitian untuk mendukung ide-ide bahwa mimpi terikat dengan bagaimana kita membentuk kenangan. Studi menunjukkan bahwa ketika kita belajar hal-hal baru ketika bangun, frekuensi mimpi akan naik saat kita tidur. Peserta dalam studi mimpi yang mengambil kursus bahasa menunjukkan aktivitas mimpi lebih banyak daripada mereka yang tidak. Berdasarkan studi tersebut, gagasan yang menjelaskan bahwa mimpi berfungsi untuk memilah-milah dan mengkonversi kenangan jangka pendek ke ingatan jangka panjang telah mendapatkan beberapa momentum dalam beberapa tahun terakhir.
Teori lain adalah bahwa mimpi biasanya mencerminkan emosi kita. Pada siang hari, otak kita bekerja keras untuk membuat koneksi untuk mencapai fungsi tertentu. Ketika berhadapan dengan soal matematika yang sulit, otak Anda akan sangat terfokus pada satu hal. Dan otak tidak hanya melayani fungsi mental. Jika Anda sedang membuat sebuah kursi, otak Anda berfokus pada pembuatan koneksi yang tepat untuk memungkinkan tangan Anda untuk bekerja menggunakan alat-alat seperti gergaji dan kayu untuk membuat potongan yang tepat. Hal yang sama berlaku untuk tugas-tugas sederhana seperti memukul paku dengan palu. Pernahkah Anda kehilangan fokus dan tanpa sengaja memukul jari Anda karena pikiran Anda berada di tempat lain?
Beberapa peneliti juga telah menyatakan bahwa pada malam hari segala sesuatu berjalan lebih lambat. Kita tidak perlu fokus pada apa pun saat tidur, sehingga otak kita membuat koneksi yang sangat longgar. Saat tidur inilah emosi berjalan dalam siklus mimpi kita. Jika ada sesuatu yang membebani pikiran Anda sepanjang hari, kemungkinan besar Anda bermimpi tentang hal itu baik secara khusus, atau melalui citra yang jelas. Misalnya, jika Anda khawatir tentang kehilangan pekerjaan Anda di perusahaan, Anda mungkin bermimpi seolah-olah Anda adalah orang terkecil yang hidup di dunia raksasa, atau Anda sedang berkeliaran tanpa tujuan melalui gurun yang luas.
Ada juga teori lain yang juga menarik untuk dibahas, bahwa mimpi tidak benar-benar melayani fungsi sama sekali, bahwa mimpi hanya produk sampingan tanpa hasil dari otak sementara kita terlelap. Mungkin inilah yang dikatakan orang bahwa mimpi hanyalah bunga tidur. Kita tahu bahwa bagian belakang otak kita cukup aktif selama tidur, ketika sebagian besar mimpi terjadi. Beberapa orang berpikir bahwa otak mereda saat malam dan mimpi adalah ilustrasi acak dan tak berarti yang dihasilkan otak kita karena tidak dimiliki saat kita terjaga. Pada kenyataannya, selama otak masih menjadi misteri seperti ini, kita mungkin tidak akan mampu menentukan dengan kepastian yang mutlak mengapa kita bermimpi.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah mimpi benar-benar memiliki fungsi fisiologis, biologis atau psikologis? dan pertnyaan ini belum terjawab. Tapi itu tidak menghentikan para ilmuwan untuk meneliti dan berspekulasi. Ada beberapa teori mengapa kita bermimpi. Salah satunya adalah bahwa mimpi bekerja bersama-sama dengan proses tidur untuk membantu otak memilah-milah segala sesuatu yang dikumpulkan selama kita sadar. Otak Anda bertemu dengan ratusan ribu, bahkan jutaan input setiap harinya. Beberapa detail sensorik minor seperti warna motor yang lewat, sedangkan yang lain jauh lebih kompleks, seperti persiapan prosesi pernikahan Anda. Selama tidur, otak bekerja untuk memilah-milah melalui semua informasi ini dan memutuskan informasi apa yang harus pertahankan dan informasi apa yang harus dilupakan. Beberapa peneliti beranggapan bahwa mimpi berperan dalam proses ini.
Tapi ada beberapa penelitian untuk mendukung ide-ide bahwa mimpi terikat dengan bagaimana kita membentuk kenangan. Studi menunjukkan bahwa ketika kita belajar hal-hal baru ketika bangun, frekuensi mimpi akan naik saat kita tidur. Peserta dalam studi mimpi yang mengambil kursus bahasa menunjukkan aktivitas mimpi lebih banyak daripada mereka yang tidak. Berdasarkan studi tersebut, gagasan yang menjelaskan bahwa mimpi berfungsi untuk memilah-milah dan mengkonversi kenangan jangka pendek ke ingatan jangka panjang telah mendapatkan beberapa momentum dalam beberapa tahun terakhir.
Teori lain adalah bahwa mimpi biasanya mencerminkan emosi kita. Pada siang hari, otak kita bekerja keras untuk membuat koneksi untuk mencapai fungsi tertentu. Ketika berhadapan dengan soal matematika yang sulit, otak Anda akan sangat terfokus pada satu hal. Dan otak tidak hanya melayani fungsi mental. Jika Anda sedang membuat sebuah kursi, otak Anda berfokus pada pembuatan koneksi yang tepat untuk memungkinkan tangan Anda untuk bekerja menggunakan alat-alat seperti gergaji dan kayu untuk membuat potongan yang tepat. Hal yang sama berlaku untuk tugas-tugas sederhana seperti memukul paku dengan palu. Pernahkah Anda kehilangan fokus dan tanpa sengaja memukul jari Anda karena pikiran Anda berada di tempat lain?
Beberapa peneliti juga telah menyatakan bahwa pada malam hari segala sesuatu berjalan lebih lambat. Kita tidak perlu fokus pada apa pun saat tidur, sehingga otak kita membuat koneksi yang sangat longgar. Saat tidur inilah emosi berjalan dalam siklus mimpi kita. Jika ada sesuatu yang membebani pikiran Anda sepanjang hari, kemungkinan besar Anda bermimpi tentang hal itu baik secara khusus, atau melalui citra yang jelas. Misalnya, jika Anda khawatir tentang kehilangan pekerjaan Anda di perusahaan, Anda mungkin bermimpi seolah-olah Anda adalah orang terkecil yang hidup di dunia raksasa, atau Anda sedang berkeliaran tanpa tujuan melalui gurun yang luas.
Ada juga teori lain yang juga menarik untuk dibahas, bahwa mimpi tidak benar-benar melayani fungsi sama sekali, bahwa mimpi hanya produk sampingan tanpa hasil dari otak sementara kita terlelap. Mungkin inilah yang dikatakan orang bahwa mimpi hanyalah bunga tidur. Kita tahu bahwa bagian belakang otak kita cukup aktif selama tidur, ketika sebagian besar mimpi terjadi. Beberapa orang berpikir bahwa otak mereda saat malam dan mimpi adalah ilustrasi acak dan tak berarti yang dihasilkan otak kita karena tidak dimiliki saat kita terjaga. Pada kenyataannya, selama otak masih menjadi misteri seperti ini, kita mungkin tidak akan mampu menentukan dengan kepastian yang mutlak mengapa kita bermimpi.
img:wikimedia.org
Belum ada Komentar untuk "Mengapa Kita Bermimpi Ketika Tidur?"
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, saran atau pertanyaan. Komentar Anda akan melalui proses moderasi oleh Admin.