Mengapa Kunang-Kunang Menyala pada Malam Hari?
Rabu, 11 Maret 2015
Tambah Komentar
Kunang-kunang merupakan hewan yang dapat menyala pada malam hari. Kunang-kunang saat ini sudah sangat jarang kita temui, berbeda dengan beberapa puluh tahun lalu, banyak hewan ini menyala dan terbang kesana-kemari, terutama di area yang dekat dengan pepohonan atau persawahan. Terdapat proses yang membuat bagian tubuh kunang-kunang menyala, proses ini disebut dengan bioluminescence dan juga dimiliki oleh banyak organisme lain, sebagian besar hidup di laut dalam. Kunang-kunang menyala untuk menarik pasangan. Untuk melakukan hal ini, kunang-kunang mengandung sel-sel khusus dalam perut mereka yang menghasilkan cahaya.
Sel-sel yang mengandung bahan kimia yang disebut luciferin dan menghasilkan enzim yang disebut luciferase. Untuk membuat cahaya, luciferin digabungkan dengan oksigen untuk membentuk molekul aktif yang disebut oxyluciferin. Kecepatan luciferase atas reaksi, yang terbagi dalam dua langkah:
Luciferin bercampur dengan adenosin trifosfat (ATP), yang ditemukan di semua sel, membentuk adenilat luciferyl dan pirofosfat (PPi) pada permukaan enzim luciferase. Luciferyl adenilat tetap terikat dengan enzim:
luciferin + ATP --> luciferyl adenilat + PPi
Luciferyl adenilat bercampur dengan oksigen untuk membentuk oxyluciferin dan adenosin monofosfat (AMP). Cahaya dilepaskan dan oxyluciferin dan AMP dilepaskan dari permukaan enzim:
adenilat luciferyl + O2 --> oxyluciferin + AMP + cahaya
Panjang gelombang cahaya yang dipancarkan adalah antara 510 dan 670 nanometer (dengan warna tampak kuning pucat hingga warna hijau). Sel-sel yang membuat cahaya juga memiliki kristal asam di dalamnya yang membantu untuk memantulkan cahaya dari perut. Akhirnya, oksigen dialirkan ke sel melalui tabung di perut yang disebut trakea perut. Hingga saati ini masih belum diketahui apakah kondisi kelap-kelip (mati-menyala) cahaya yang dihasilkan dikendalikan oleh sel-sel saraf atau suplai oksigen.
Reaksi kimia luciferin-luciferase telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengukur jumlah ATP yang diproduksi dalam sel dan dengan berbagai reaksi kimia. Baru-baru ini, gen (bagian DNA untuk protein) untuk enzim luciferase telah diisolasi, ditempatkan dalam gen dari organisme lain, dan digunakan untuk mengikuti sintesis dan ekspresi gen lainnya.
Saat ini keberadaan kunang-kunang sudah mulai punah, bahkan di wilayah pedesaan yang masih subur hewan ini sangat jarang ditemui. Oleh karena itu, kita harus menjaga kelestarian lingkungan dan hewan dengan cara hidup sehat dan mengutamakan lingkungan sekitar.
Sel-sel yang mengandung bahan kimia yang disebut luciferin dan menghasilkan enzim yang disebut luciferase. Untuk membuat cahaya, luciferin digabungkan dengan oksigen untuk membentuk molekul aktif yang disebut oxyluciferin. Kecepatan luciferase atas reaksi, yang terbagi dalam dua langkah:
Luciferin bercampur dengan adenosin trifosfat (ATP), yang ditemukan di semua sel, membentuk adenilat luciferyl dan pirofosfat (PPi) pada permukaan enzim luciferase. Luciferyl adenilat tetap terikat dengan enzim:
luciferin + ATP --> luciferyl adenilat + PPi
Luciferyl adenilat bercampur dengan oksigen untuk membentuk oxyluciferin dan adenosin monofosfat (AMP). Cahaya dilepaskan dan oxyluciferin dan AMP dilepaskan dari permukaan enzim:
adenilat luciferyl + O2 --> oxyluciferin + AMP + cahaya
Panjang gelombang cahaya yang dipancarkan adalah antara 510 dan 670 nanometer (dengan warna tampak kuning pucat hingga warna hijau). Sel-sel yang membuat cahaya juga memiliki kristal asam di dalamnya yang membantu untuk memantulkan cahaya dari perut. Akhirnya, oksigen dialirkan ke sel melalui tabung di perut yang disebut trakea perut. Hingga saati ini masih belum diketahui apakah kondisi kelap-kelip (mati-menyala) cahaya yang dihasilkan dikendalikan oleh sel-sel saraf atau suplai oksigen.
Reaksi kimia luciferin-luciferase telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengukur jumlah ATP yang diproduksi dalam sel dan dengan berbagai reaksi kimia. Baru-baru ini, gen (bagian DNA untuk protein) untuk enzim luciferase telah diisolasi, ditempatkan dalam gen dari organisme lain, dan digunakan untuk mengikuti sintesis dan ekspresi gen lainnya.
Saat ini keberadaan kunang-kunang sudah mulai punah, bahkan di wilayah pedesaan yang masih subur hewan ini sangat jarang ditemui. Oleh karena itu, kita harus menjaga kelestarian lingkungan dan hewan dengan cara hidup sehat dan mengutamakan lingkungan sekitar.
Belum ada Komentar untuk "Mengapa Kunang-Kunang Menyala pada Malam Hari?"
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, saran atau pertanyaan. Komentar Anda akan melalui proses moderasi oleh Admin.