Dampak Balita yang Sering Menonton TV
Minggu, 03 Mei 2015
Tambah Komentar
Pengaruh televisi pada anak-anak, terutama pada balita merupakan bahasan yang cukup kontroversial. Kebiasaan televisi pada anak-anak mungkin tampak mengkhawatirkan, karena dampak terlalu banyak menonton televisi pada orang dewasapun juga cukup besar. Saat ini banyak orang yang menggunakan kacamata karena kondisi mata yang sudah tidak normal, sebagian besar karena mata minus.
Rata-rata seorang anak menonton sekitar empat jam televisi sehari atau bahkan lebih, sementara anak-anak di bawah 2 tahun sudah mulai menonton televisi. Bahkan anak-anak berusia 1 sampai 6 tahun menghabiskan rata-rata dua jam sehari berurusan dengan media dengan layar salah satunya televisi, komputer dan video game. Hal ini juga mengungkapkan korelasi antara waktu yang dihabiskan menonton televisi dan kesulitan membaca.
Banyak dari studi dan pengalaman telah membuat dokter, pendidik dan para ahli lainnya untuk merekomendasikan pembatasan menonton TV pada anak. Sebuah studi menunjukkan bahwa program video yang dibuat untuk bayi dapat membahayakan perkembangan anak. Video yang banyak tersedia dalam bentuk CD dan DVD, berisi dialog kecil, mengandalkan gambar yang disandingkan yang sering tidak berhubungan satu sama lain atau sulit untuk dijelaskan pada balita.
Banyak orang tua mengatakan bahwa mereka menggunakan video seperti ini sebagai babysitter, memutar CD atau DVD untuk anak-anak sehingga ibu dan ayah dapat mengerjakan pekerjaan seperti membersihkan rumah, menyiapkan makan malam atau mengurus tugas-tugas lain. Tapi masalahnya, peneliti mengatakan bahwa video ini tidak memberikan manfaat, dan bahkan mungkin merugikan.
Masalahnya terletak tidak hanya di isi video atau interaktivitas dan gambar yang berubah dengan cepat, tetapi juga dengan bagaimana otak balita berkembang. Otak anak sangat sensitif sebelum usia 2 tahun, masa ketika otak masih mengembangkan koneksi saraf dan tumbuh besar. Karena sensitivitas ini, penting bagi bayi untuk memiliki banyak stimulasi interaktif untuk belajar dan berkembang. Para peneliti berpendapat bahwa video tidak memberikan rangsangan ini.
Rekomendasi Waktu Bayi Menonton Televisi
Membiarkan anak menonton televisi sendirian ketika orang tua melakukan kegiatan lain merupakan salah satu akar permasalahannya. Para pakar lebih menganjurkan orang tua menonton televisi bersama dengan anak-anak mereka, atau tidak membiarkan anak-anak menonton TV sama sekali. Dengan cara itu setidaknya orang tua akan terlibat dengan anak-anak dan membantu mereka untuk memahami konsep-konsep asing.
Tapi banyak ahli juga berpendapat bahwa anak-anak tidak boleh menonton TV sama sekali. Mereka mengatakan bahwa anak di bawah 2 tahun tidak boleh menonton program televisi apapun, anak-anak yang berusia lebih dari 2 tidak boleh menonton TV lebih dari satu sampai dua jam sehari.
Pertimbangan waktu merupakan salah satu kontrol terhadap anak-anak. Menonton televisi merupakan pemborosan waktu untuk masa siaga balita jika diasumsikan seorang balita tidur sekitar 12 jam sehari. Orang tua dapat sebaiknya menghabiskan waktu bersama balita ketika terjaga dengan berbicara untuk membantu bayi mengembangkan bahasa dan terlibat dalam kegiatan interaktif yang tidak dapat diberikan oleh televisi. Interaksi fisik dan sosial memungkinkan bayi untuk memahami isyarat yang juga membantu perkembangan bahasa. Berbagai latihan dapat membantu perkembangan kognitif bayi, termasuk menggunakan kontak mata, terlibat dalam percakapan, bermain permainan sederhana, bercanda dan membaca untuk anak. Jika mereka sendiri, permainan menggunakan lego cukup bermanfaat.
Para ahli mengaitkan TV berlebihan berhubungan dengan berbagai masalah pada anak-anak, di antaranya obesitas, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder : gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak) dan agresi. Kita juga pasti prihatin dengan kondisi anak-anak sat ini menonton acara non-pendidikan yang banyak ditayangkan di TV.
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa acara TV tertentu dapat memberikan pengembangan bantuan. Program anak-anak yang memberikan pertanyaan atau pujian yang diarahkan untuk balita adalah contohnya. Anak-anak prasekolah bisa mendapatkan manfat yang besar dari TV pendidikan.
Menonton televisi memiliki dampak posistif maupun negatif. Jika anak sedang menonton televisi, menontonlah bersama mereka. Nonton bareng memfasilitasi interaksi positif. Orang tua bisa menjelaskan tentang acara atau hal-hal yang tidak dimengerti anak.
Kesimpulan keseluruhan tampaknya televisi yang seharusnya memberikan pendidikan dapat berbahaya bagi anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Kita tidak tahu apa efek jangka panjang dari tayangan-tayangan televisi yang tidak mendidik. Interaksi orang tua dan anak sangat penting pada usia berapa pun, tetapi lebih penting ketika balita dan hal ini tidak bisa digantikan oleh televisi.
Rata-rata seorang anak menonton sekitar empat jam televisi sehari atau bahkan lebih, sementara anak-anak di bawah 2 tahun sudah mulai menonton televisi. Bahkan anak-anak berusia 1 sampai 6 tahun menghabiskan rata-rata dua jam sehari berurusan dengan media dengan layar salah satunya televisi, komputer dan video game. Hal ini juga mengungkapkan korelasi antara waktu yang dihabiskan menonton televisi dan kesulitan membaca.
Banyak dari studi dan pengalaman telah membuat dokter, pendidik dan para ahli lainnya untuk merekomendasikan pembatasan menonton TV pada anak. Sebuah studi menunjukkan bahwa program video yang dibuat untuk bayi dapat membahayakan perkembangan anak. Video yang banyak tersedia dalam bentuk CD dan DVD, berisi dialog kecil, mengandalkan gambar yang disandingkan yang sering tidak berhubungan satu sama lain atau sulit untuk dijelaskan pada balita.
Banyak orang tua mengatakan bahwa mereka menggunakan video seperti ini sebagai babysitter, memutar CD atau DVD untuk anak-anak sehingga ibu dan ayah dapat mengerjakan pekerjaan seperti membersihkan rumah, menyiapkan makan malam atau mengurus tugas-tugas lain. Tapi masalahnya, peneliti mengatakan bahwa video ini tidak memberikan manfaat, dan bahkan mungkin merugikan.
Masalahnya terletak tidak hanya di isi video atau interaktivitas dan gambar yang berubah dengan cepat, tetapi juga dengan bagaimana otak balita berkembang. Otak anak sangat sensitif sebelum usia 2 tahun, masa ketika otak masih mengembangkan koneksi saraf dan tumbuh besar. Karena sensitivitas ini, penting bagi bayi untuk memiliki banyak stimulasi interaktif untuk belajar dan berkembang. Para peneliti berpendapat bahwa video tidak memberikan rangsangan ini.
Rekomendasi Waktu Bayi Menonton Televisi
Membiarkan anak menonton televisi sendirian ketika orang tua melakukan kegiatan lain merupakan salah satu akar permasalahannya. Para pakar lebih menganjurkan orang tua menonton televisi bersama dengan anak-anak mereka, atau tidak membiarkan anak-anak menonton TV sama sekali. Dengan cara itu setidaknya orang tua akan terlibat dengan anak-anak dan membantu mereka untuk memahami konsep-konsep asing.
Tapi banyak ahli juga berpendapat bahwa anak-anak tidak boleh menonton TV sama sekali. Mereka mengatakan bahwa anak di bawah 2 tahun tidak boleh menonton program televisi apapun, anak-anak yang berusia lebih dari 2 tidak boleh menonton TV lebih dari satu sampai dua jam sehari.
Pertimbangan waktu merupakan salah satu kontrol terhadap anak-anak. Menonton televisi merupakan pemborosan waktu untuk masa siaga balita jika diasumsikan seorang balita tidur sekitar 12 jam sehari. Orang tua dapat sebaiknya menghabiskan waktu bersama balita ketika terjaga dengan berbicara untuk membantu bayi mengembangkan bahasa dan terlibat dalam kegiatan interaktif yang tidak dapat diberikan oleh televisi. Interaksi fisik dan sosial memungkinkan bayi untuk memahami isyarat yang juga membantu perkembangan bahasa. Berbagai latihan dapat membantu perkembangan kognitif bayi, termasuk menggunakan kontak mata, terlibat dalam percakapan, bermain permainan sederhana, bercanda dan membaca untuk anak. Jika mereka sendiri, permainan menggunakan lego cukup bermanfaat.
Para ahli mengaitkan TV berlebihan berhubungan dengan berbagai masalah pada anak-anak, di antaranya obesitas, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder : gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak) dan agresi. Kita juga pasti prihatin dengan kondisi anak-anak sat ini menonton acara non-pendidikan yang banyak ditayangkan di TV.
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa acara TV tertentu dapat memberikan pengembangan bantuan. Program anak-anak yang memberikan pertanyaan atau pujian yang diarahkan untuk balita adalah contohnya. Anak-anak prasekolah bisa mendapatkan manfat yang besar dari TV pendidikan.
Menonton televisi memiliki dampak posistif maupun negatif. Jika anak sedang menonton televisi, menontonlah bersama mereka. Nonton bareng memfasilitasi interaksi positif. Orang tua bisa menjelaskan tentang acara atau hal-hal yang tidak dimengerti anak.
Kesimpulan keseluruhan tampaknya televisi yang seharusnya memberikan pendidikan dapat berbahaya bagi anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Kita tidak tahu apa efek jangka panjang dari tayangan-tayangan televisi yang tidak mendidik. Interaksi orang tua dan anak sangat penting pada usia berapa pun, tetapi lebih penting ketika balita dan hal ini tidak bisa digantikan oleh televisi.
Belum ada Komentar untuk "Dampak Balita yang Sering Menonton TV"
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, saran atau pertanyaan. Komentar Anda akan melalui proses moderasi oleh Admin.