Dampak Terlalu Banyak Menonton TV di Malam Hari
Jumat, 24 April 2015
Tambah Komentar
Apakah Anda sering menonton acara favorit di malam hari? Aktivitas ini biasanya dapat membantu Anda melepas lelah setelah hari yang panjang di tempat kerja. Tapi bagaimana jika hal ini rutin Anda lakukan setiap hari? Sesuatu yang Anda pikir dapat membantu Anda meringankan kelelahan dan mendapatkan tidur malam yang baik, tapi malah mendorong ke arah depresi? Pada artikel yang lalu kita telah membahas tentang dampak terlalu banyak menonton televisi, tapi apakah efek yang muncul jika kita melakukan rutinitas ini di malam hari ketika minim cahaya?
Sebuah studi tampaknya telah menemukan hubungan antara televisi dan depresi, setidaknya pada orang dewasa muda. Dan banyak penelitian lain telah mengaitkan antara mereka yang menonton TV di malam hari terhadap risiko yang lebih tinggi terserang depresi. Tetapi hal ini tidak berarti televisi menjadi penyebab utama depresi, namun hampir semua studi tampaknya menunjukkan hasil yang sama. Sebenarnya bukan tentang TV itu sendiri, tapi tentang cahaya.
Paparan lampu buatan pada malam hari terkait dengan segala macam masalah, banyak yang mengganggu produksi melatonin tubuh, hormon yang tidak hanya mengatur siklus tidur kita tetapi juga merupakan antioksidan aktif, menjelajahi tubuh untuk melindungi diri kita dari radikal bebas. Melatonin disekresikan (aktif) dalam keadaan tanpa cahaya dan ketika kita sedang tidur, tetapi manusia telah hidup dikelilingi cahaya terus-menerus mulai sekitar satu abad yang lalu dan tubuh mungkin belum merasakannya. Pikiran dan tubuh membutuhkan siklus tidur yang stabil, dan menambahkan sumber cahaya buatan di malam hari bahkan yang sangat rendah seperti TV atau layar smartphone, bertentangan dengan irama siklus yang digunakan tubuh kita untuk tetap terkontrol.
Ada juga bukti bahwa paparan sumber cahaya rendah di malam hari mengganggu fungsi fisik dan mental lainnya. Sebuah penelitian lain menemukan bahwa hamster yang terkena cahaya rendah di malam hari menunjukkan perilaku depresi seperti pada siklus 16 jam cahaya normal dan 8 jam cahaya redup selama satu bulan. Hamster pada jadwal cahaya redup akhirnya menunjukkan penurunan selera air gula, dan ketika ditempatkan dalam air memperlihatkan kurangnya upaya mencoba untuk berenang. Untungnya, Kondisi depresi adalah reversibel (dapat diubah), dan setelah hamster dipindahkan kembali ke jadwal cahaya alami, mereka kembali ke keadaan normal.
Hal lain yang menarik, para peneliti juga menemukan hubungan kimia antara cahaya rendah di malam hari dan depresi. Hamster dalam studi yang tidur dalam cahaya rendah juga menunjukkan peningkatan tumor necrosis factor (TNF), sebuah protein yang biasanya bertanggung jawab untuk respon kekebalan tetapi terkait dengan segala sesuatu dari kanker Alzheimer ketika tubuh gagal bekerja dengan benar. Temuan sekunder dari studi ini adalah bahwa hamster dengan gejala TNF tinggi juga bisa dikembalikan ke perilaku normal ketika mereka diberi inhibitor TNF, menunjukkan bahwa mungkin ada harapan untuk secara efektif menargetkan proses kimia otak penyebab depresi.
Sebuah studi tampaknya telah menemukan hubungan antara televisi dan depresi, setidaknya pada orang dewasa muda. Dan banyak penelitian lain telah mengaitkan antara mereka yang menonton TV di malam hari terhadap risiko yang lebih tinggi terserang depresi. Tetapi hal ini tidak berarti televisi menjadi penyebab utama depresi, namun hampir semua studi tampaknya menunjukkan hasil yang sama. Sebenarnya bukan tentang TV itu sendiri, tapi tentang cahaya.
Paparan lampu buatan pada malam hari terkait dengan segala macam masalah, banyak yang mengganggu produksi melatonin tubuh, hormon yang tidak hanya mengatur siklus tidur kita tetapi juga merupakan antioksidan aktif, menjelajahi tubuh untuk melindungi diri kita dari radikal bebas. Melatonin disekresikan (aktif) dalam keadaan tanpa cahaya dan ketika kita sedang tidur, tetapi manusia telah hidup dikelilingi cahaya terus-menerus mulai sekitar satu abad yang lalu dan tubuh mungkin belum merasakannya. Pikiran dan tubuh membutuhkan siklus tidur yang stabil, dan menambahkan sumber cahaya buatan di malam hari bahkan yang sangat rendah seperti TV atau layar smartphone, bertentangan dengan irama siklus yang digunakan tubuh kita untuk tetap terkontrol.
Ada juga bukti bahwa paparan sumber cahaya rendah di malam hari mengganggu fungsi fisik dan mental lainnya. Sebuah penelitian lain menemukan bahwa hamster yang terkena cahaya rendah di malam hari menunjukkan perilaku depresi seperti pada siklus 16 jam cahaya normal dan 8 jam cahaya redup selama satu bulan. Hamster pada jadwal cahaya redup akhirnya menunjukkan penurunan selera air gula, dan ketika ditempatkan dalam air memperlihatkan kurangnya upaya mencoba untuk berenang. Untungnya, Kondisi depresi adalah reversibel (dapat diubah), dan setelah hamster dipindahkan kembali ke jadwal cahaya alami, mereka kembali ke keadaan normal.
Hal lain yang menarik, para peneliti juga menemukan hubungan kimia antara cahaya rendah di malam hari dan depresi. Hamster dalam studi yang tidur dalam cahaya rendah juga menunjukkan peningkatan tumor necrosis factor (TNF), sebuah protein yang biasanya bertanggung jawab untuk respon kekebalan tetapi terkait dengan segala sesuatu dari kanker Alzheimer ketika tubuh gagal bekerja dengan benar. Temuan sekunder dari studi ini adalah bahwa hamster dengan gejala TNF tinggi juga bisa dikembalikan ke perilaku normal ketika mereka diberi inhibitor TNF, menunjukkan bahwa mungkin ada harapan untuk secara efektif menargetkan proses kimia otak penyebab depresi.
Belum ada Komentar untuk "Dampak Terlalu Banyak Menonton TV di Malam Hari"
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, saran atau pertanyaan. Komentar Anda akan melalui proses moderasi oleh Admin.